Abad ke-18 M sangat perlu diperhatikan terutama bagi
peradaban Islam. Sebab, pada abad ini terdapat sebuah kerajaan Islam yang
besar, yaitu Turki Utsmani. Pada abad ini juga politik dan intelektual
berkembang secara bertahap. Dan disisi lain, ideologi kebarat-baratan muncul
dan sangat dirasakan oleh masyarakat karena kontak dengan Barat yang
sangat mudah dan murah. Para ulama yang terlibat dalam
ilmu-ilmu Islam secara umum, hadis secara khusus seharusnya juga terpengaruh
oleh perkembangan ini secara alami. Tetapi hadis yang dibukukan dalam periode
ini menunjukkan bahwa efek yang disebutkan di atas tidak berpengaruh. Berbeda
dengan ilmu umum lainnya, yang mengalami perkembangan sejalan dengan dunia
Barat disebabkan kontak tersebut. Seperti ilmu kedokteran, teknolgi
modern, matematika, sastra, pendidikan, filsafat, arsitektur, musik dan lain-lain.
Jika dilihat pada abad 14 M, para Ulama hadis di Turki Utsmani tidak
begitu terkenal karena Turki Utsmani baru berdiri atau disebabkan mereka tidak
fokus kepada satu cabang ilmu
saja. Tetapi tidak bisa dikatakan juga Ulama tersebut “jahil”di dalam
bidang hadis. Melihat catatan sejarah, hadis sudah dikaji secara serius oleh
para Ulama pada masa Dinasti Abbasiyah. Walaupun sudah dikaji, hadis tidak bisa
ditinggalkan begitu saja. Banyak perkembangan dan permasalahan yang harus dikaji
lagi dalam bidang hadis pada berbagai sisi. Mungkin ini salah satu sebab kenapa Ulama
pada abad 14 M
di Turki Utsmani tidak begitu terkenal.
Kemudian abad 15-17 M, Turki Utsmani mengalami perkembangan dan pembangunan
yang luar biasa. Stabilitas negara mulai aman dan donasi
untuk perkembangan mencukupi.
Berkat kebijakan Sultan Turki Utsmani, ilmu dan Ulama mulai diperhatikan. Maka
para Ulama pindah ke Istanbul untuk mengembangkan keilmuan disana. Tercatat ada
sekitar 27 Ulama yang hijrah kesana. Secara otomatis karangan-karangan para
Ulama melimpah dalam berbagai tema dan keahlian masing-masing, termasuk di
bidang hadis.
Kembali
ke abad 18 M, tercatat ada sekitar 45 cabang ilmu umum dan Islam yang
berkembang. Sejarah keilmuan Islam di Turki Utsmani berlansung secara taqlid.
Tidak tampak metode pemebelajaran keislaman yang khusus, begitu juga dalam
bidang hadis. Sesuai dengan yang telah disebutkan di atas, bahwa abad ini mulai
muncul kebiasaan pemikiran-pemikiran Barat. Secara khusus, dalam ilmu keislaman
mengalami pertentangan terhadap
pemikiran-pemikiran tersebut, begitu juga dalam bidang hadis.
Salah
satu Ulama hadis yang hidup pada abad 18 M ini adalah Yusuf Afandi Zadah. Nama aslinya adalah Abdullah Hilmi bin Muhammad bin Yusuf
al-Mannan al-Hanafi ar-Rumi al-Muaqarri’(1081-1167 H/1674-1754 M). Ayahnya adalah
Muhammad bin Yusuf bin Abdul Manan. Beliau
biasa disebut dengan nama Yusuf Afandi Zadah atau dalam bahasa Turki ditulis
dengan “Yûsuf Efendizâde” seseorang yang menjadi guru besar terkenal di bidang qira’ah
‘asyarah di Konstantinopel. gurunya di bidang qira’ah
adalah ‘Ali bin Sulaiman al-Manshuri
al-Mishri. Dan di antara muridnya yang terkenal adalah al-muqarri’ Abdurrahman
bin Hasan al-Ajhauri. Salah satu
kitabnya yang populer dan dijadikan rujukan di dalam bidang qira’ah yaitu
kitab al-Itlaf fi Wujuh al-Ikhtilaf.
Kemudian
gurunya di bidang hadis adalah Kara Halil (1123 H/1711 M), Ali bin Sulaiman
al-Manshuri (1134 H/1722 M) dan Sulaiman Fazil Efendi (1134 H/ 1722 M). Beliau
juga meriwayatkan hadis kepada muridnya yaitu, Ayakli kutphane. Dilihat dari
beberapa kalimat di atas, beliau memberikan sanad di bidang hadis dan juga di
bidang al-Qur’an yaitu qira’ah asyarah.
Karangan beliau yang lain di bidang Ulumul Qur’an adalah
Zubdatul ‘Irfan Fi Wujul al-Qur’an. Dan di bidang hadis adalah Najah al-Qari fi Syarh
al-Bukhari sebanyak 20 jilid. Ada juga penerbit yang
mencetak dalam bentuk 30 jilid. Tentu
karangan beliau di bidang hadis ini menjadi “wah” karena jumlah jilid
tersebut. Dan
kitab ‘Inayatul al-Malik al-Mun’im fi Syarh
Shahih Muslim sebanyak 3 jilid.
Dan kitab Hasyiah ‘Ala Anwar at-Tanzil Li al-Baidhawi,
Hasyiah ‘Ala al-‘Aqaid
an-Nasfiyah dan Raudhah al-Wa’izhin.
Sulit
juga menemukan referensi untuk menulis tentang biografi dari beliau. Disebabkan
tidak banyak yang mengulas tentang dirinya. Hal itu biasanya karena yang dicari
dari para Ulama adalah karangannya. Boleh jadi disebabkan oleh banyaknya ulama
yang semasa dengannya sehingga para penulis tidak terfokus dengan satu saja.
Atau Ulama tersebut tidak menekuni satu bidang ilmu saja sehingga tidak
diketahui dimana keahliannya.
Kemudian pada
abad ke-19 M, semangat kepenulisan di bidang ilmu keislman masih tertancap di
jiwa para Ulama. Tetapi mengalami sedikit pergeseran di bidang hadis. Kitab
hadis yang ditulis menurun jumlahnya menjadi 80 kitab saja. Kepenulisan lebih
condong di dalam bidang umum, karena pengaruh Barat benar-benar tampak pada
abad ini. Keadaan geografis-lah yang menjadi alasan yang tepat. Bahasa
penulisan-pun mulai mengarah kepada 1 bahasa saja yaitu Turki. Bahasa Arab dan Persia jarang lagi muncul
dalam penulisan. Dan sistem pembelajaran di madrasah-madrasah mulai
diperbaharui dengan gaya modern pada masa itu. Hingga awal abad ke-19 M, sangat
jelas perubahan yang ada di Turki. Lebih-lebih ketika Turki Utsmani runtuh dan
Barat sudah menjelajahi dunia Timur semuanya.
Sebenarnya,
tidak ada permasalahan dalam jumlah karangan ulama hadis antara abad 18 M
dengan abad sebelumnya atau seseudahnya. Karena Islam mengalami perkembangan di
dalam disiplin ilmu-ilmu yang lain. Pada
abad 18 M tersebut, karangan-karangan ulama hadis tetap dibukukan dan mengalami
perkembangan sesuai dengan metode abad-abad sebelumnya tanpa ada pengaruh dari
Barat. Karangan-karangan tersebut berbentuk syarah hadis, hasyiah, terjemahan
ke dalam berbagai bahasa terutama bahasa Arab, Turki dan Persia, dan adapula
yang dikarang secara tematik. Tercatat ada sekitar 107 karangan hadis yang
dikarang oleh ulama hadis pada abad tersebut.
* Mahasiswa Prodi Ilmu Hadis, Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Daftar
Pustaka
Ayaz, Kadir. Zahid
el-Kevseri'nin Icazetnamesinde Yer Alan Isnadlarin Osmanli Anadolu'sundaki
Tarihcesi. Ankara: Universitisi Ilahiyat-Fakultesi Dergesi. 2015.
ad-Dausary, Ibrahim bin Sa’ad. al-Imam al-Mutwali Wa Juhuduhu Fi Ilmi al-Qira’at. Riyad: Maktabah
ar-Rusyd. 1999.
Oghol, Akmaluddin Ahsan. Ad-Daulah
al-Utsmaniyah-Tarikh Wa Hadharah. Istanbul: Maktabah as-Syuruq a-Dauliyah.
2011.
Tobay, Ahmet. Yûsuf Efendizâde Abdullah Hilmi ve Hadis Şerhciliğindeki Yeri. Marmara: Doktora Tezi-Marmara Ü.
1991.
Yildirim,
Selahattin. Al-Muhaddisun al-Utsmaniyyun Fi al-Qarni al-Tsamin ‘Asyarah Wa
Muallafatuhum. Samsun: Ondokus Mayis Universitisi. 2015.
__________________
Terima Kasih Kepada Dr. Kadir Ayaz at-Turki (kadirayaz15@gmail.com) yang telah memberikan referensi yang memadai.
Adapun tulisan ini merupakan salah satu syarat menyelesaikan mata kuliah Sejarah Islam Semester I.
Sekian, Terima Kasih. (^-^)
Komentar
Posting Komentar